Saturday, 7 November 2015

MAKALAH ANALISIS PSK DI KOTA KENDARI



Di kota kendari khususnya wilayah yang dikenal warga kota kendari dengan nama "kendari beach" sangat marak kafe remang-remang yang diidentikan dengan transaksi prostitusi, yang awalnya sangat dianggap tabu oleh masyarakat Kendari yang kental dengan adat-istiadat, dan memegang teguh adat ketimurannya namun seiring dengan perkembangan-perkembangan global yang ada kegiatan inipun semakin merajalela bahkan dengan mudahnya dilokalisasikan.


Tugas Makalah

ANALISIS PSK DI KOTA KENDARI





OLEH:
KELOMPOK 5

FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
 





KATA PENGANTAR


Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat membuat makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Analisis PSK di Kota Kendari”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen pengampuh mata kuliah Etnografi, dimana dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. 
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada pembuatan makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan masyarakat pada umumnya. 



Kendari, 3 Juni 2015


Penulis 






 



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman dewasa ini, telah merubah standarisasi kehidupan manusia. Kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi menyebabkan kesulitan beradaptasi dan menyebabkan kebingungan, kecemasan, dan konflik-konflik, baik yang terbuka dan eksternal sifatnya, maupun yang tersembunyi dan internal dalam batin sendiri, sehingga banyak orang mengembangkan pola tingkah laku menyimpang dari norma-norma umum atau berbuat semau sendiri demi kepentingan pribadi.
Adat istiadat dan kebudayaan mempunyai nilai pengontrol dan nilai sanksional terhadap tingkah laku anggota masyarakat. Sehingga tingkah laku yang dianggap tidak cocok melanggar norma dan adat-istiadat atau tidak terintegrasi dengan tingkah laku umum dianggap sebagai masalah sosial (Kartono, 1999:2).
Salah satu bentuk penyimpangan norma (penyakit masyarakat) yang dianggap sebagai masalah sosial adalah prostitusi, yang mempunyai sejarah yang panjang (sejak adanya kehidupan manusia telah diatur oleh norma-norma perkawinan) dan tidak ada habis-habisnya yang terdapat di semua negara di dunia.
W.A. Berger dalam tulisannya Maatschappelijke Oorzaken der Prostitutie menulis defenisi bahwa Prostitusi ialah gejala kemasyarakatan dimana wanita menjual diri, melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata pencaharian. Ini menunjukkan bahwa Pelacuran atau prostitusi adalah peristiwa penjualan diri dengan menjualbelikan badan, kehormatan dan kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan nafsu dengan imbalan atau bayaran. Pekerja seks komersial sangat erat kaitannya dengan seks bebas. Sekarang seringkali ditemukan seks bebas pada remaja yang disebabkan beberapa faktor seperti: kemiskinan, tekanan yang datang dari teman pergaulannya, adanya tekanan dari pacar, adanya kebutuhan badaniah, rasa penasaran, ataupun pelampiasan diri. 
Kita dapat melihat bahwa alasan penting yang melatarbelakangi adalah kemiskinan yang sering bersifat struktural. Struktur kebijakan tidak memihak kepada kaum yang lemah sehingga yang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya. Memburuknya kemiskinan pada wanita, baik akibat status yang rendah ataupun penurunan kondisi perekonomian global, berpengaruh terhadap meningkatnya pelacuran. (Koblinsky, dkk : 1997).
Sebagai makhluk sosial, manusia hidup berinteraksi dengan yang lain dan slalu terkait dengan hubungan sosial yang kompleks. Pada masyarakat ditemui beragam pola atau bentuk hubungan (relasi) yang terjalin di antara mereka. Salah satunya adalah hubungan patron klien. Dimana patron yang berarti orang yang memiliki kekuasaan atau power terhadap orang lain, dan klien yang berarti bawahan atau orang yang diperintah. Istilah ‘patron’  berasal dari ungkapan bahasa spanyol yang secara etimologis berarti ‘seseorang yang memiliki kekuasaan (power), status, wewenang dan pengaruh’  (Usman, 2004: 132). Sedangkan klien berarti ‘bawahan’  atau orang yang diperintah dan yang disuruh. Terdapat unsur pertukaran barang dan jasa bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pola hubungan patron-klien. Dengan demikian, terlihat jelas bahwa pola hubungan seperti ini merupakan teori pertukaran yang berasumsikan bahwa transaksi pertukaran akan terjadi apabila kedua belah pihak dapat memperoleh keuntungan-keuntungan dari adanya pertukaran tersebut.
Hubungan-hubungan sosial yang menimbulkan interaksi sosial baik terhadap individu-individu atau pun kelompok pada suatu ruang dan tempat itu dapat terjadi ketika ada yang membutuhkan dan ada yang memberi serta ada yang mengayomi. Misalnya dalam kegiatan pelacuran dikenal adanya germo sebagai sesuatu yang sangat penting bahkan mutlak adanya, germo diartikan sebagai orang (laki-laki atau wanita) yang mata pencahariannya baik sambilan maupun sepenuhnya menyediakan, mengadakan atau turut serta mengadakan, membiayai, menyewakan dan memimpin serta mengatur tempat untuk praktek pelacuran yakni dengan mempertemukan atau memungkinkan bertemunya wanita pelacur dengan laki-laki untuk bersetubuh.
Di kota kendari khususnya wilayah yang dikenal warga kota kendari dengan nama "kendari beach" sangat marak kafe remang-remang yang diidentikan dengan transaksi prostitusi, yang awalnya sangat dianggap tabu oleh masyarakat Kendari yang kental dengan adat-istiadat, dan memegang teguh adat ketimurannya namun seiring dengan perkembangan-perkembangan global yang ada kegiatan inipun semakin merajalela bahkan dengan mudahnya dilokalisasikan.
Tentunya hal ini bukanlah hal yang baru dan lumrah oleh sebagian warga kota kendari. para usaha pedagang kaki lima di wilayah kota kendari beach memanfaatkan peluang yang mulanya sebagai tempat penjualan makanan yang lama-kelamaan berubah fungsi menjadi kafe remang-remang yang digunakan sebagai tempat transaksi para PSK dengan lelaki hidung belang tersebut.
B.     Perumusan Masalah
Permasalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :
1.      Bagaimana Definisi Pekerja Seks Komersial
2.      Faktor-faktor apakah penyebab adanya PSK
3.      Bagaimana Dampak yang ditimbulkan bila berprofesi sebagai PSK
4.      Bagaimana Dampak hiburan malam terhadap remaja khususnya di Kota Kendari
5.      Bagaimana Penanganan Masalah PSK

C.    Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Analisis Pekerja Sex Komersil di Kota Kendari ?
2.      Kegunaan Penelitian
-          Bagi kelurahan
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan saran atau masukan guna mengambil langkah yang tepat dalam mananggapi Hiburan Malam terutama di Kendari
-          Bagi penulis
Memberi kesempatan pada penulis untuk mengaplikasikan ilmu dan teori yang dipelajari selama ini. Selain itu diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan khususnya dalam lingkungan masyarakat.
-          Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai dampak negative dari Hiburan Malam yang ada di Kota Kendari.












BAB II
PEMBAHASAN
1.      Definisi Pekerja Seks Komersial
Sebelum istilah PSK diperkenalkan, dahulu istilah yang kita kenal adalah pelacuran. Namun oleh kalangan feminis diubah untuk mencoba mengangkat posisi sosial pelacur menjadi setara dengan orang pencari nafkah lainnya, dan berlaku tidak hanya bagi perempuan saja tetapi juga seseorang yang secara anatomis laki-laki, akan tetapi secara psikologis merasa dan menganggap dirinya seorang perempuan.
Pekerja seks komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang perempuan menggunakan atau mengeksploitasi tubuhya dengan melakukan hubungan seksual untuk mendapatkan uang.
Saat ini tingkat kemoralan bangsa Indonesia  semakin terpuruk, hal ini terbukti dengan tingginya jumlah pekerja seks komersial. Akibatnya, semakin banyak ditemukan penyakit menular seksual. Profesi sebagai pekerja seks komersial dengan penyakit menular seksual merupakan satu lingkaran setan. Biasanya penyakit menular seksual ini sebagian besar diidap oleh PSK, dimana dalam menjajakan dirinya terhadap pasangan kencan yang berganti-ganti tanpa menggunakan pengaman seperti kondom.
Permasalahan yang berkenaan dengan pekerja seks di Indonesia adalah tingkat perekonomian yang semakin mencekik kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini sangat dirasakan oleh masyarakat miskin, yang memaksa untuk menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidup.

2.      Faktor-faktor penyebab adanya PSK
a.      Kemiskinan
Di antara alasan penting yang melatar belakangi adalah kemiskinan yang sering bersifat struktual. Struktur kebijakan tidak memihak kepada kaum yang lemah sehingga yang miskin semakin miskin, sedangkan orang yang kaya semakin menumpuk harta kekayaannya.
Kebutuhan yang semakin banyak pada seorang perempuan memaksa dia untuk mencari sebuah pekerjaan dengan penghasilan yang memuaskan namun kadang dari beberapa mereka harus bekerja sebagai PSK untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.
b.      Kekerasan seksual
Penelitian menunjukkan banyak faktor penyebab perempuan menjadi PSK diantaranya kekerasan seksual seperti pekosaan oleh bapak kandung, paman, guru dan sebagainya.
c.       Penipuan
Penipuan dan pemaksaan dengan berkedok agen penyalur kerja. Kasus penjualan anak perempuan oleh orang tua sendiripun juga kerap ditemui.
d.      Pornogarafi
Menurut definisi Undang-undang Anti Pornografi, pornografi adalah bentuk ekspresi visual berupa gambar, lukisan, tulisan, foto, film atau yang di persamakan dengan film, video, tayangan atau media komunikasi lainnya yang sengaja dibuat untuk memperlihatkan secara terang-terangan atau tersamar kepada publik alat vital dan  bagian-bagian tubuh serta gerakan-gerakan erotis yang menonjolkan sensualitan dan/atau seksualitas, serta segala bentuk perilaku seksual dan hubungan seks  manusia yang patut diduga menimbulkan rangsangan nafsu birahi pada orang lain.
3.      Dampak yang ditimbulkan bila berprofesi sebagai PSK
ü  Keluarga dan masyarakat tidak dapat lagi memandang nilainya sebagai seorang    perempuan
ü  Stabilitas sosial pada dirinya akan terhambat, karena masyarakat hanya akan selalu mencemooh dirinya.
ü  Memberikan dampak buruk bagi keluarga, seperti :HIV/AIDS Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah sindroma dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh infeksi Human immune deficiency virus (HIV).sebagian besar (75 %) penularan terjadi melalui hubungan seksual.
ü  Gonore, Gonore adalah PMS yang paling sering ditemukan dan paling mudah ditegakkan diagnosisnya. Nama awam penyakit kelamin ini adalah ”kencing nanah”. Masa inkubasi 3-5 hari.
ü  Sifilis, Sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun, tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, syaraf dan dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang dikandungnya, sehingga menyebabkan kelainan bawaan kepada bayi tersebut. 
ü  Herpes Genetalis, Herpes genitalis (HG) merupakan IMS virus yang menempati urutan ke dua tersering didunia dan merupakan penyebab ulkus genital tersering di Negara maju.
4.      Faktor-faktor pendukung perilaku seks
-          Pekerja seks komersial kebanyakan terjadi pada remaja yang diawali dengan terjadinya pergaulan kearah seks bebas. Dimana menurut para ahli, alasan seorang remaja melakukan seks adalah sebagai berikut : Tekanan yang datang dari teman pergaulannya
-          Lingkungan pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks, bagi remaja tersebut tekanan dari teman-temannya itu dirasakan lebih kuat dari pada yang didapat dari pacarnya sendiri.
-          Adanya tekanan dari pacar
-          Karena kebutuhan seseorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang akan dihadapinya. Dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual, melainkan juga sikap memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri selayaknya orang dewasa.
-          Adanya kebutuhan badaniah
-          Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Jadi wajar jika semua orang tidak terkecuali remaja, menginginkan hubungan seks ini. Sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak sepadan dengan resiko yang akan dihadapinya.
-          Rasa penasaran
-          Pada usia remaja keingintahuannya begitu besar terhadap seks, apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa terasa nikmat, ditambah lagi adanya informasi yang tidak terbatas masuknya, maka rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan apa yang diharapkan.
-          Pelampiasan diri
-          Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa putus asa dan mencari pelampiasan yang akan menjerumuskannya dalam pergaulan bebas.
-          Lingkungan keluarga
-          Faktor lainnya datang dari lingkungan keluarga, bagi seorang remaja mungkin aturan yang diterapkan oleh kedua orang tuanya tidak dibuat berdasarkan kepentingan kedua belah pihak (orang tua dan anak), akibatnya remaja tersebut merasa tertekan sehingga ingin membebaskan diri dengan menunjukkan sikap sebagai pemberontak, yang salah satunya dalam masalah seks.
5.      Dampak hiburan malam terhadap remaja khususnya di Kota Kendari
Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan pun ikut berkembang atau yang lebih sering dikenal dengan globalisasi. Remaja biasanya lebih tertarik untuk meniru kebudayaan barat yang berbeda dengan kebudayaan kita, sehingga memicu mereka untuk bergaul seperti orang barat yang lebih bebas.
Pergaulan bebas identik sekali dengan yang namanya kehidupan malam. Kehidupan malam bagi kalangan remaja zaman sekarang sudah bukan lagi menjadi hal yang tabu bagi mereka. Kehidupan di malam hari yang penuh dengan suasana glamour, narkoba, seks bebas, minuman beralkohol dan lain sebagainya.
Kehidupan malam bukan hanya terjadi di kota-kota besar saja. Di kota Kendari yang mungil kini sudah semakin semarak yang namanya cafe-cafe tenda, tempat karaoke, dan club-club malam yang menjadi tempat berkumpulnya remaja-remaja kota Kendari. Seperti yang sering terlihat di jejeran Kendari Beach dengan suasana temaram dari lampu-lampu tenda pedagang seakan tidak mampu menerangi kegelapan malam. Semakin gelap makin banyak pengunjung yang datang untuk menikmati malam walaupun hanya sekedar nongkrong, Kendari Beach juga biasa dikenal dengan sebutan Pirla. Pirla merupakan singkatan Pinggir Laut yang dipopulerkan anak muda Kendari menjadi bahasa gaul untuk menunjukkan nama suatu tempat.
Cafe-cafe tenda dan warung-warung makan di Kendari Beach memang sengaja dikembangkan oleh Pemerintah kota Kendari sebagai tempat wisata kuliner. Menu khas pisang epek dan minuman sarabba mudah kita jumpai di sana. Selain menu makanan yang dijajakan, cewek-cewek yang berpakaian ketat dan sexy yang duduk menyilangkan kakinya juga ikut menawarkan diri kepada pengunjung cowok dan lelaki hidung belang yang mungkin sengaja berkunjung di tempat itu.
Selain menyediakan sajian makanan, kehidupan malam tidaklah jauh dari yang namanya minuman beralkohol apalagi di cafe-cafe tenda yang ada di Kendari Beach. Akhir-akhir ini di kota Kendari, minuman beralkohol sudah banyak dikonsumsi oleh remaja berusia muda. Karena banyaknya cafe-cafe atau tempat hiburan yang menyediakan, maka peminatan alkohol pada remaja kini semakin meningkat.
DR. Soedjono Dirdjosisworo, SH. Dalam bukunya Alkoholisme Paparan Hukum & Kriminologi menuliskan salah satu sebab timbulnya alkoholisme yaitu sebab dari masyarakat yang mensuplai. Seperti telah dikemukakan di dalam masyarakat yang menyadari akan adanya peminatan alkohol timbul beberapa kelompok orang melakukan pengadaan alkohol untuk tujuan tertentu. Untuk kepentingan dagang atau ekonomi, atau untuk mengeruk banyak uang dan untuk tujuan politik, yaitu memperlemah individu dalam masyarakat.
Sama halnya dengan kota Kendari untuk mengembangkan wisata kuliner atau cafe-cafe yang ada di Kendari Beach dengan tujuan ekonomi, pemerintah mengeluarkan izin dalam penjualan minuman beralkohol namun tetap dalam aturan seperti yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak remaja yang mengkonsumsi minuman beralkohol di tempat-tempat hiburan malam. Seperti yang banyak terlihat pada saat bulan Ramadhan aparat sibuk dan kewalahan dalam menertibkan remaja-remaja yang hanya sekedar nongkrong ataupun mabuk-mabukan di sekitaran Kendari Beach pada subuh hari, harusnya pemerintah bisa menyadari bahwa aturan yang dibuat untuk mengadakan perizinan penjualan alkohol akan berdampak buruk bagi remaja kota Kendari. Dalam aturan ini juga sebenarnya kurang sesuai dengan misi Sosial Kemasyarakatan kota Kendari yaitu “Mendukung penciptaan suasana kehidupan masyarakat kota yang agamis, aman, rukun, damai dan harmonis serta mendorong pemberdayaan lembaga kemasyarakatan untuk semakin berperan dalam pembangunan kota”.
Cafe-cafe tenda di kota Kendari menyajikan minuman beralkohol dengan berbagai merk, lengkap dengan pelayan-pelayan cantik yang selalu siap menemani yang semata-mata hanya ingin mendapatkan uang dari pelanggan. Rayuan maut yang dilakukan oleh pelayan-pelayan cantik tersebut hanyalah bagian dari cara yang mereka lakukan untuk menarik perhatian lelaki.
Kebebasan memang bisa membuat remaja dengan mudah memperoleh gairah untuk menjalani hidupnya. Namun sayang jika kebebasan dilakukan dengan melucuti semua norma. Kehidupan bebas di Kendari Beach kini kian memprihatinkan, ditambah lagi kebanyakan orang ternyata lebih suka memanjakan kegairahan dan kenikmatan hidup dalam kehidupan malam, dibandingkan merefleksikan kehidupan di siang hari. Kebanyakan dari mereka lebih suka gaya kebarat-baratan yang melucuti norma daripada makna hidup yang sebenarnya yang tidak hanya mengandalkan kepuasan dunia melainkan akhirat.
Gaya hidup nampaknya mengendalikan kebudayaan yang lahir dari kepribadian. Norma dan etika yang tidak diindahkan lagi, semuanya serba terbuka dan bebas. Kemajuan kota sering kali diikuti dengan berbagai macam gaya hidup yang cenderung negatif yang memang tidak bisa dipungkiri lagi di zaman sekarang. Setidaknya pemerintah kota Kendari bisa mengambil langkah-langkah kecil untuk mengantisipasi agar keremangan kota Kendari yang mulai menampilkan sisi kebebasan tidak sampai menghancurkan kehidupan remaja di kota Kendari. Kini saatnya pemerintah memikirkan konsep pengembangan kota yang menjadi identitas kehidupan masyarakat kota Kendari yang harusnya menjunjung tinggi nilai-nilai budaya lokal yang saat mulai berkembang.
6.      Penanganan Masalah PSK
-          Agama
Disinilah peran orang tua menanamkan prinsip islam untuk tidak mempergunakan hidupnya untuk melakukan perbuatan yang negative dan menamakan prinsip hidup yang beriman dan bertaqwa.
-          Keluarga
Meningkatkan pendidikan anak-anak terutama mengenalkan pendidikan seks secara dini agar terhindar dari perilaku seks bebas.
-          Masyarakat
Meningkatkan kepedulian dan melakukan pendekatan terhadap kehidupan PSK.
-     Pemerintah
1)    Memperbanyak tempat atau panti rehabilitasi.
2)    Meregulasi undang-undang khusus tentang PSK.
3)    Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan rajia lokalisasi PSK untuk dijaring dan mendapatkan rehabilitasi. 
Secara garis besar tidak ada pasal khusus yang mengatur tindak pidana pelacuran. Hukuman buat PSK biasanya hanya datang dari para masyarakat disekitarnya yang merasa terganggu dengan adanya PSK misalnya dengan mengusir paksa para PSK, dan hukuman dari sang Pencipta






BAB III
METODE PENELITIAN
1.      Lokasi dan Waktu Penelitian
Studi kasus untuk kegiatan penelitian ini dilakukan di Kota Kendari (kendari beach), terhitung mulai dari tanggal 28 Mei  2015 sampai dengan 11 Juni 2015
2.      Jenis Penelitian
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yakni penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran secara objektif tentang tanggapan pemerintah terhadap pekerja hiburan malam
3.      Lokasi dan Waktu Penelitian
      Studi kasus untuk kegiatan penelitian ini dilakukan di Kota Kendari terhitung mulai dari tanggal 28 Mei 2015 sampai dengan 11 Juni 2015
4.      Teknik Analisis Data
      Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah metode deskriptif. Dimana peneliti akan menyajikan hasil penelitian terkait dengan fenomena yang diteliti secara gamblang melalui gambaran yang jelas.







                                                                                   


BAB 1V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Prostitusi ialah gejala kemasyarakatan dimana wanita menjual diri, melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata pencaharian. Ini menunjukkan bahwa Pelacuran atau prostitusi adalah peristiwa penjualan diri dengan menjualbelikan badan, kehormatan dan kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan nafsu dengan imbalan atau bayaran. Pekerja seks komersial sangat erat kaitannya dengan seks bebas. Sekarang seringkali ditemukan seks bebas pada remaja yang disebabkan beberapa faktor seperti: kemiskinan, tekanan yang datang dari teman pergaulannya, adanya tekanan dari pacar, adanya kebutuhan badaniah, rasa penasaran, ataupun pelampiasan diri. 

B.     Saran
1.      Orang tua, pemerintah, tokoh- tokoh adat dan agama serta seluruh lapisan masyarakat harus memiliki persepsi yang sama dalam melihat PL sebagai patologi sosial yang harus diselesaikan secara arif dan bijaksana tanpa harus menimbulkan masalah baru.
2.      Pemerintah Kabupaten Mamasa secara khusus, untuk lebih memperhatikan realitas ini.  Jika PL tidak dilokalisikan maka semakin lama PL akan merajalela dan  menimbulkan penyakit kelamin yang bermacam-macam seperti HIV/AIDS.







DAFTAR PUSTAKA


No comments:

Post a Comment

CONTOH LAPORAN PERJALANAN KE GALERI LUKISAN

LAPORAN PERJALANAN KE MASJIDI GALERI LUKISAN Laporan: Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Apres...